Menjadi Pengundang Keajaiban Hidup
Editor | Kolom Lepas | August 18th, 2009 | 20 Comments »
Oleh: Guntur Novizal*
“Keajaiban itu lahir dari ibu yang bernama kesulitan dan ayah yang bernama upaya.”
~ Mario Teguh.
Hampir seluruh negara di dunia saat ini sedang dilanda krisis ekonomi global. Krisis yang bermula dari negara adikuasa Amerika Serikat telah merusak stabilitas ekonomi di hampir seluruh negara. Layaknya seperti virus, krisis ekonomi ini cepat menyebar ke seluruh belahan penjuru dunia. Indonesia pun tidak luput dari serangan ‘virus’ yang membahayakan ini. Bila ini tidak cepat diatasi, kondisi ini akan berpengaruh terhadap kesetabilan perekonomian kita. Pemerintah harus berupaya sekuat tenaga untuk bisa membendungnya. Paling tidak, derasnya laju hantaman krisis ekonomi global bisa ditahan agar dampaknya tidak semakin parah.
Dalam kondisi krisis, masyarakat lapisan bawah (wong cilik) akan menjadi pihak yang sangat terpukul apabila pemerintah gagal mengatasi kondisi ini. Carut marut yang selama ini mereka rasakan akan semakin bertambah pelik dengan datangnya krisis. Alih-alih bisa bisa keluar dari kemiskinan yang sudah dirasakan sejak lama, mereka justru makin terpuruk oleh keadaan.
Kondisi ekonomi di seluruh dunia memang sulit, tetapi mari kita coba dari sudut pandang yang bisa lebih mencerahkan. Coba kita sedikit flashback pada masa-masa di mana kita dihadapkan pada kesulitan. Tentu kita masih ingat betul krisis ekonomi yang menimpa pada negara kita di tahun 1998. Tetapi akhirnya, lambat laun kesulitan itu bisa diatasi, dan kita bisa beradaptasi serta akhirnya keluar dari kondisi sulit itu.
Begitu juga dalam kehidupan pribadi, kita pernah berkali-kali menghadapi kesulitan dan ujian dalam hidup. Tetapi, coba kita lihat sekarang, kita masih ada dan masih berdiri kokoh dalam melewati setiap kesulitan yang datang. Selama matahari hari masih terbit dari timur dan tenggelam dari barat, selama embun pagi masih menetes di pagi hari, dan selama raga ini masih bisa bernapas, kita masih mempunyai kesempatan untuk mengubah keadaan dengan semangat pantang menyerah, dan berusaha keluar dari kesulitan. Yakinlah, bahwa sesungguhnya setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan. Mengutip ucapan Gede Prama, “Ketika kita sedang dilanda kesedihan, percayalah bahwa di ruang tamu ada yang sedang menunggu, yaitu kebahagiaan.”
Sebetulnya, ketika kesulitan datang itu merupakan pertanda bahwa cara-cara yang kita gunakan sudah tidak tepat lagi. Karena, kalau apa yang kita lakukan benar, pasti kita tidak akan bertemu dengan kesulitan itu. Kita sebaiknya ikhlas dan sadar menerima bahwa setiap kesulitan adalah perintah agar kita menyegerakan pembaharuan diri. Bagi orang yang melihat bahwa setelah kesalahan akan datang hukuman, maka kesulitan yang datang akan dianggap sebagai sarana untuk menghukum dirinya. Dampaknya dia akan bersedih hati dan mengulangi kesalahannya. Tetapi, bagi orang yang menganggap setelah kesalahan akan datang hadiah dari disadarinya kesalahannya, maka dia akan memperbaiki dirinya dengan ikhlas.
Tuhan kadang menempatkan kita pada posisi yang sangat sulit, agar kita menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Dia. Kita sering tidak berserah kepada-Nya sampai kita tidak memiliki apa-apa. Dalam kondisi sulit yang dialami hampir seluruh negara di dunia, yakinlah itu hanya masalah yang bersifat statistik, dan ketika kita berbicara statistik, maka hitungannya akan rata-rata. Tetapi, dalam kondisi sesulit apa pun, yakinlah bahwa rezeki itu bersifat pribadi. Apa pun kesulitan yang kita alami dalam masalah ekonomi, kita harus tetap bersemangat dan berpikir positif.
Jadi, di saat orang lain mengeluh, merintih, meratap, dan menyalahkan kepada banyak hal, ini kesempatan kita untuk berdoa dan berusaha dengan keras. Maka, hal itu akan menjadi pembeda kita dengan orang lain di hadapan Tuhan. Sehingga, dalam ekonomi yang sulit rezeki kita tetap pribadi dan berbeda dengan orang lain. Maka, perbaikilah hubungan pribadi kita agar kita semakin dekat dengan-Nya. Yakinlah bahwa ketika Tuhan berpihak pada kita, tidak ada yang tidak mungkin.
Karena Tuhan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan hanya dengan upaya maka kita akan bisa mengubah nasib. Maka, mulai dari sekarang berusahalah lebih keras lagi. Pantaskanlah diri kita untuk bisa mendapatkan apa yang pantas kita dapatkan dengan cara melakukan hal-hal yang sekarang kita anggap kecil dengan kesungguhan yang besar. Dalam kondisi sesulit apa pun, cobalah berdiri lebih gagah, duduk lebih tegak, mengangguklah lebih anggun, dan tersenyumlah lebih ramah. Kalau kita memilih menjadi pribadi yang pantas mendapatkan keajaiban, bukan hanya keajaiban itu yang akan datang pada kita. Tetapi, kita akan menjadi pengundang keajaiban bagi diri dan lingkungan kita. Bila kita percaya maka kita akan melihatnya.[gn]
* Guntur Novizal lahir di Brebes pada 11 Noverber 1984. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jenderal Soedirman dengan predikat Cum Laude. Ketika masih aktif kuliah dulu pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi UNSOED. Sekarang sehari-hari bekerja sebagai auditor di salah satu kantor akuntan publik di Jakarta. Bisa dihubungi di blog: www.gunturnovizal.tk, pos-el: vizal_jr[at]yahoo[dot]com, HP: 081548865435.